Falsafah Homeopati-2


Prinsip utama pengobatan homeopati adalah :

Pertama, Law of Similars, The Similimum, Similia similibus curentur, Let likes be cured by likes. Serupa menyembuhkan serupa.

Kedua, adalah Law of the infinitesminal dose, Law of the Minimum Dose. Dengan potensiasi, semakin kecil dosis, semakin besar potensi obat tersebut.

Ketiga, homeopati mengobati pasien secara keseluruhan. Mengobati pasien sebagai seorang manusia bukan mengobati penyakitnya. Homeopati mengobati pasien sebagai seorang individu, artinya, walaupun gejalanya sama namun pilihan obatnya dapat berbeda, tergantung dari individunya. Beberapa hal yang dapat memengaruhi pilihan obat tersebut adalah modalitas dan konstitusi (constitutional type) individu tersebut. Modalitas didefinisikan sebagai faktor-faktor yang dapat meringankan atau memberatkan gejala. Deskripsi dari modalitas ini sangat individual dan spesifik. Gambaran modalitas dapat membantu homeopati untuk memilih obat yang tepat. Sedangkan konstitusi adalah faktor fisik, mental, emosional dan psikologis dari masing-masing individu yang dapat menggambarkan karakteristiknya. termasuk hal-hal yang disukai atau tidak disukai. Mengetahui tipe konstitusi akan dapat membantu homeopath dalam menentukan pilihan obatnya, terutama untuk penyakit kronis. Remedi konstitusional yang cocok, akan bekerja secara preventif (mencegah) dan kuratif (mengobati). Contohnya seseorang dengan konstitusi Pulsatilla akan memberikan respon yang baik terhadap remedi pulsatilla hampir tanpa memerhatikan apa penyakitnya.

Seorang hemopath dalam menganalisa gejala-gejala penyakit, juga memperhatikan beberapa hal berikut :

  1. Faktor-faktor umum yaitu cuaca, musim, suhu dan waktu kapan kondisi fisik membaik atau memburuk
  2. Plihan makanan. Beberapa orang cenderung sangat menyukai makanan manis, sementara yang lainnya tidak bisa makan makanan yang manis
  3. Ketakutan. Hemopath mempertimbangkan rasa ketakutan yang jelas, contohnya terhadap serangga dan ular, dan ketakutan emosional, seperti takut akan kematian, kegagalan
  4. Kepribadian dan tempramen. Beberapa orang secara alami bersifat optimis dan ceria, sementara yang lainnya bersifat negatif dan mudah marah. 

Homeopath mengkategorikan orang berdasarkan karakteristik tersebut. Kemudian Homeopath memilih remedi yang kecocokannya mendekati tipe konstitusi sesorang. Untuk mengetahui apa saja khasiat obat homeopati, Hahnemann melakukan suatu "proving" yaitu pemberian obat pada orang sehat. Gejala-gejala yang terjadi diobservasi dan dicatat sehingga dihasilkan kumpulan gejala yang disebabkan oleh suatu obat homeopati. Kumpulan hasil proving disebut Materia Medica. Setelah pemberian remedi hemopati, pasien mungkin mengalami yang disebut sebagai agravasi. Agravasi adalah suatu keadaan gejala-gejala yang dialami pasien bertambah berat. Keadaan tersebut menandakan obat sedang bekerja, namun mungkin saja dosisnya terlalu tinggi, potensi telalu tinggi atau bila timbul gejala-gejala baru akibat obat tidak tepat.

Prinsip terapi homeopati ynag diperkenalkan oleh Hahnemann adalah terapi satu remedi (single remedy) untuk mengatasi semua gejala (totality of symptoms). Oleh karena itu, casetaking atau teknik bertanya pada pasien harus benar-benar dapat mengumpulkan gambaran yang jelas tentang penyakit pasien. Namun, mungkin saja dapat diberikan obat lain mengikuti obat pertama yang sifatnya adalah "komplementer" atau sifatnya yang saling melengkapi. Misalnya pemberian Aconite diikuti dengan pemberian Sulphur.